Lho kok bisa ? Iya dong….orang-orang kan lagi pada takut makan ayam jadinya pada beralih rame-rame mengkonsumsi ikan segar. Daripada tertular flu burung dari ayam, begitu komentar publik. Tentunya disertai doa semoga virus flu burung nggak pengen coba-coba nyebur ke laut atau tambak untuk bikin acara baru berupa flu ikan.(Boro-boro, wong ikan itu bersin aja nggak bisa, meski tiap hari hidungnya digelitik sama air).
Kalau dipikir-pikir, syukur kalau masyarakat pada beramai-ramai makan ikan segar. Tanpa sangkut paut dengan flu burung pun yg jelas ikan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Ikan bahkan dapat menurunkan resiko serangan jantung ataupun stroke, karena mengandung zat yg saat ini lagi populer digembar gemborkan dalam dunia makanan kesehatan maupun suplemen yaitu Omega-3 dan Omega-6.
Tak dapat disangkal lagi berjenis-jenis ikan telah dikonsumsi manusia semenjak ratusan tahun silam, tak peduli kandungan gizi yang ada di dalamnya. Tapi alasan untuk mengkonsumsi ikan berubah total pada dasawarsa 1950-an, setelah para ahli epidemiologi menyimpulkan, orang-orang Eskimo secara kuantitatif terbukti terkena serangan jantung lebih rendah dibandingkan dengan orang Amerika.
Kesimpulan itu dikeluarkan untuk menjawab pertanyaan mengapa orang Amerika banyak yang terkena serangan jantung, sebaliknya orang-orang Eskimo di Greenland tidak. Setelah diselidiki lebih dalam, ternyata orang Eskimo yang tinggal di Kutub Utara itu mengkonsumsi ikan dalam jumlah yang relatif banyak. Sementara masyarakat Eskimo yang tinggal di
Sesudah penemuan itu dipublikasikan secara luas, nama omega-3 pun melambung tinggi. Berbagai jenis ikan yang dipercaya banyak mengandung omega-3 dicari untuk dikonsumsi. Kini tak sebuah pasar swalayan pun yang tidak menjual ikan laut.
Dalam pandangan pemerhati makanan sehat, secara umum daging ikan dianggap lebih baik dari daging sapi yang merah. Kendati antara daging dan ikan kandungan gizi dan proteinnya relatif sama, tetapi ikan unggul dalam kandungan omega-3 dan omega-6.
Masih banyak keuntungan lain dengan mengkonsumsi ikan karena setiap bagian tubuhnya bisa dimakan. Kita simak fakta berikut ini:
Daging putih mengandung asam lemak tak jenuh omega-3 dan protein yang berisi asam amino taurin dan sepuluh jenis asam amino esensial.
Semua itu dapat memberikan keseimbangan nilai gizi bagi mereka yang rakus ikan. Ada baiknya masyarakat memanfaatkan kekayaan ikan yang bernilai gizi tinggi itu.
Tapi tunggu dulu, sebelum anda gulung celana ( buat bapak2, soalnya nggak ada gulung rok buat ibu2 ) ramai2 menyerbu pasar ikan atau nongkrongin nelayan pulang melaut di tepi pantai, perhatiakn tips berikut agar jangan sampai salah beli ikan. Yang maksudnya buat kesehatan eh ternyata dapat ikan yang sudah tidak segar lagi yg malah merusak kesehatan.
1. Jika membeli ikan, belilah yang paling segar. Untuk orang yg senang makan ikan, umumnya telah dapat membedakan antara ikan yang masih segar dan ikan yang sudah mulai menurun mutunya. Karena itu jika hendak membeli ikan untuk dimasak, pastikanlah membeli ikan yang paling segar meskipun mungkin harganya lebih mahal atau ikan yang masih hidup jika ikan air tawar yang dibeli.
Di samping itu, biasakanlah membeli ikan di pasar-pasar yang peralatan serta lingkungannya serba bersih dan menyenangkan. Dengan membeli ikan yang masih segar maka kemungkinan untuk mengalami keracunan makanan, dapat diperkecil. Ikan yang masih segar, juga akan memberikan nilai gizi yang tinggi. Nah…buat yg di lokasi, harus lebih rajin lagi dong ya nongkrongin para nelayan di Rapak( Santan ) Tanjung Jumlai & Api api ( Lawe lawe ) menjelang off atau lebih rajin bertengger ( ngapain ) buat yg di offshore.
Ciri-ciri ikan yang masih segar adalah rupa dan warna ikan terang mengkilap, bau segar, mata jernih dan menonjol, insang berwarna merah darah, dan badan ikan lembut elastis (jika ditekan dengan jari tidak berbekas). Sedangkan ciri-ciri untuk produk olahan ikan yang bermutu adalah rupa dan warna serta baunya masih menarik sebagaimana tanda-tanda khusus yang harus terdapat pada ikan olahan tersebut.
2. Hidup selalu dalam lingkungan bersih dan sehat. Pada dasarnya ikan yang baru tertangkap tidak mengandung bakteri-bakteri pathogen kecuali jika tertangkap di badan perairan yang tercemar. Pada umumnya penularan bakteri-bakteri yang mungkin dapat menimbulkan keracunan makanan terjadi sejak ikan ditangani dan diolah serta dipasarkan dengan seringnya tersentuh oleh tangan manusia. Justru manusialah sebagai sumber utama penularan di samping peralatan yang kotor dan lingkungan hidup yang kurang sehat.
Karena itu, penjual makanan umumnya dan penjual ikan khususnya hendaklah selalu memelihara kesehatannya agar tidak menulari bahan makanan yang dijualnya. Di samping perlunya pengetahuan akan kesehatan dan nilai gizi, semua pihak yang berhubungan dengan penanganan dan pemasaran ikan sebaiknya menyadari bahwa ikan itu merupakan bahan makanan yang cepat busuk atau rusak (high parishable).
3. Memanasi (memasak) ikan yang akan dimakan. Proses pemasakan pada ikan sebelum dikonsumsi dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen penghasil racun yang mungkin terdapat pada ikan dan produk olahannya. Proses pemanasan juga dapat menon-aktifkan racun yang telah dibentuk bakteri. Suhu yang tinggi pada proses pemanasan dapat merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi mati.
4. Jangan membeli atau mengkonsumsi jenis ikan yang belum dikenal. Jenis ikan yang sering kita beli atau dikonsumsi selain telah diketahui rasanya yang sesuai dengan lidah kita juga terjamin keamanannya. Untuk ikan yang tidak kita kenal jenisnya atau bahkan belum pernah kita mengkonsumsinya, haruslah ekstra hati-hati untuk mencicipinya. Hal ini dikhawatirkan jenis ikan tersebut termasuk golongan ikan beracun yaitu ikan yang tidak mampu memetabolisme logam-logam berat.
Membeli ikan segar dipasaran memang gampang-gambang susah, agar tidak terkecoh di saat membeli maka harus dikenali dari ciri-ciri fisiknya maupun baunya. Mata ikan segar, terang, bening menonjol dan cembung. Sedangkan mata ikan yang tidak segar, redup, terbenam, berwarna kelabu dan tertutup lendir. Insang ikan segar warnanya merah sampai merah tua, terang dan cerah, serta tidak berbau. Sedangkan ikan yang tidak segar, insangnya kotor, berwarna pucat dan gelap keabu-abuan, berlendir dan berbau menyengat.
1 komentar:
Setuju!! Ayo makan ikan!!! Kalo soal makan ikan, orang Jepang memang jagonya. Website iyaa.com memuat pasaran Jepang menyerap 41,04 persen ekspor ikan dan udang asal Bali, dari total devisa yang diraup sebesar 114,80 juta dolar AS selama 2013.
Posting Komentar