Sabtu, 06 Februari 2010

Hiperaktif atau Superaktif?

Anda mungkin pernah mendengar ada seorang anak yang tidak bisa diam. Beberapa mungkin langsung mengatakan bahwa anak tersebut hiperaktif padahal belum tentu, bagaimana cara mengatasi anak hiperaktif dan bagaimana ciri-ciri mereka di lingkungan?

Hiperaktif atau superaktif

Bila anak anda memiliki sikap dan tingkah laku sangat aktif luar biasa. Seorang ibu tidak boleh langsung mengatakan bahwa anak ibu hiperaktif. Sebaiknya, kenali dulu cirinya. Ada perbedaan mendasar antara anak sangat aktif dengan anak hiperaktif. Semuanya bisa dideteksi dari sederet perilaku yang menunjukkan adanya kemungkinan anak mengalami gangguan tersebut.

Hiperaktif adalah suatu gangguan perkembangan yang terjadi pada masa kanak-kanak. Dimana anak hiperaktif mengalami kesulitan memusatkan perhatiannya secara tepat dibandingkan dengan rata-rata anak seusianya. Secara klinis, gangguan tersebut digolongkan dalam gangguan ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder), yang biasanya disertai dengan hiperaktivitas. Anak seperti ini biasanya tak pernah kehabisan energi, selalu ingin bergerak ke sana-kemari.

Penyebab terjadinya perilaku hiperaktif adalah adanya gangguan pada fungsi otak. Kondisi tersebut memang membuktikan bahwa aliran darah pada otak depan anak-anak ADHD ternyata lebih sedikit bila dibandingkan dengan anak-anak normal. Dimana, otak depan adalah bagian dari otak yang membantu kita agar bisa mengendalikan diri dan bisa berkonsentrasi. Dan gangguan hiperaktif baru bisa didiagnosa setelah berusia 2 tahun.

Orangtua musti jeli mengamati perkembangan perilaku si buah hati! Gejala gangguan seperti ini sebenarnya sudah bisa dideteksi sebelumnya. Tapi, satu hal yang patut para orang tua ketahui, bila si buah hati suka sekali lari kesana kemari atau memanjat sana-sini jangan langsung memberinya label sebagai anak hiperaktif.

Jadi, anak yang superaktif belum tentu hiperaktif. Apalagi anak usia 1 tahun yang baru belajar jalan, memang gemar mengeksplorasi lingkungannya. Rasa ingin tahunya masih besar! Sebaliknya, bila si kecil lebih banyak diam justru itu yang patut dikhawatirkan. Yang utama, apakah gerakan-gerakan yang dia lakukan bertujuan atau tidak. Jika, gerakan-gerakannya sama sekali tak bertujuan barulah ibu hendaknya berkonsultasi dengan dokter yang menangani tentang tumbuh kembang anak

Untuk menyikapi anak yang tidak bisa diam ibu bisa melakukan beberapa hal sebagai berikut :

Memberi contoh (Modelling)

Dengan memberi contoh yang benar anak akan belajar dengan mudah. Dia akan menyerap apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Pemberian contoh lebih cepat diterima oleh anak dibandingkan memarahi anak atau memberi tahu anak melalui kata-kata.

Memberikan Respons Positif (Positive Reinforcement)

Beri respon positif tentang sikap mereka. Jika kita mengatakan kepada anak betapa kita menghargai mereka karena telah menuruti nasehat kita, mereka akan mengulangi sikap tersebut. Namun, jika kita larang dengan menggunakan kata negative seperti “jangan”, “tidak” justru semakin membuat anak ingin mengulangi lagi atau mencoba melakukan hal yang justru dilarang. Gunakan kata positif, misalnya “Nak, Bunda sangat senang jika adik bisa menjaga mainan ini dengan baik.”

Orangtua yang tak memberi respon sama dengan mengajarkan anak tak peduli pada sikap mereka yang tak baik. Hal ini tak boleh dilakukan jika sikap anak sudah sangat mengganggu seperti melempar. Orangtua bisa mencoba mengatakan,

“Jika Kakak melempar seperti itu, Bunda tak mau mengajak adik bermain lagi.”

Hukuman

Jika dengan kedua cara tersebut anak belum bisa ditenangkan, orangtua perlu memberi hukuman atau memberi respons negatif. Namun memberi hukuman terlalu sering pun tak banyak membantu. Bahkan jika hukuman terlalu keras dan terlalu sering bisa menyebabkan sikap negatif anak menjadi-jadi. Gunakan hukuman yang relatif ringan secara konsisten, seperti menghilangkan hak istimewa atau melarang kegiatan yang sedang dilakukan.

Diolah dari berbagai sumber

1 komentar:

Admin mengatakan...

Sangat menarik, terimakasih infonya ya,
Mohon izin jika suatu saat saya ingin share tulisan ini di blog saya ya :)

Informasi dan Tips untuk Keluarga

Posting Komentar