Sabtu, 06 Februari 2010

Gempa Bumi

Gempa bumi

Gempa bumi atau dalam bahasa Inggrisnya earthquakes merupakan salah satu bencana alam terbesar bagi umat manusia, disamping kejadian alam lainnya seperti letusan gunung api dan banjir. Berbeda sekali dengan letusan gunung api dan bencana alam lain yang selalu didahului dengan tanda tanda atau gejala-gejala yang muncul jauh sebelum kejadian. Gempa bumi selalu datang mendadak secara mengejutkan, sehingga menimbulkan kepanikan umum yang luar biasa karena sama sekali tidak terduga sehingga tidak ada seorang pun yang sempat mempersiapkan diri.

Akibat yang ditimbulkan gempa bumi luar biasa dahsyat, karena mencakup wilayah yang sangat luas, menembus batas teritorial negara, bahkan antar-benua. Sifat getaran gempa bumi yang sangat kuat dan merambat ke segala arah, mampu menghancurkan bangunan-bangunan sipil yang terkuat sekalipun, sehingga tak ayal lagi sangat banyak memakan korban nyawa manusia. Bahkan gempa bumi sering kali diikuti oleh bencana alam lanjutan yang jauh lebih dahsyat berupa tanah longsor dan gelombang tsunami.

Sebagaimana halnya letusan gunung api dan kejadian bencana alam lainnya, orang-orang primitif tempo doeloe sering menghubung-hubungkan peristiwa terjadinya gempa bumi dengan takhayul dan hal-hal yang di luar nalar sehat. Bukan saja di sini, di luar negeri pun banyak cerita takhayul yang berkaitan dengan gempa bumi tersebut, misalnya yang terdapat di Rumania, Bulgaria, beberapa negara-negara Afrika, Tibet serta beberapa negara lain yang penduduknya menganut kepercayaan tertentu.

Orang Mongolia percaya , setelah bumi selesai dibuat, Tuhan menaruh bumi tersebut di atas pundak seekor katak yang sangat besar. Bila katak bergerak maka terjadilah gempa bumi. Aristoteles (384-322 SM.) menyatakan, kejadian gempa bumi disebabkan keluarnya udara yang terkurung di dalam tanah (Bumi sendawa).

Sampai kini juga masih tersisa mitos pada sebagian penduduk Sunda Jawa Barat, di antaranya ada yang masih percaya bahwa induk penyebab gempa bumi (lini, bahasa Sunda) adalah sebuah batu hidup yang terdapat di puncak gunung. Bila batu tersebut bergerak, maka seluruh Bumi juga akan bergerak, sehingga menimbulkan gempa bumi. Akan tetapi batu tidak mau bergerak selagi di muka dunia ini masih ada makhluk yang bernama manusia.

Secara ilmiah gempa bumi sebenarnya merupakan gejala alam biasa yang dapat dijelaskan bagaimana proses kejadiannya. Bahkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju, maka sekarang sudah dapat diketahui jalur-jalur penyebaran pusat gempa bumi di seluruh dunia beserta sifat-sifatnya. Oleh karena itu kini manusia dapat membuat rancangan bangunan-bangunan sipil yang sesuai dengan karakteristik gempa yang bakal terjadi.

Betapapun demikian, gempa bumi selalu muncul secara mendadak tanpa mengenal waktu dan suasana. Sekalipun bangunan dirancang dengan standar suprastruktur sehingga tingkat keamanannya berlipat ganda, tetap saja berantakan manakala diguncang gempa bumi yang cukup kuat. Contoh aktual adalah terjadinya gempa bumi pada tahun 1995 yang memorak-porandakan Kota Kobe, Jepang.

Negara Indonesia, seperti halnya Jepang merupakan wilayah yang berisiko tinggi terhadap bahaya gempa bumi dan letusan gunung api, kecuali di sebagian P. Kalimantan. Oleh karena itu pengetahuan mengenai gempa bumi dan juga gunung api perlu terus diperdalam dan dikembangkan. Peristiwa gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 yang menelan korban ratusan ribu jiwa, menyadarkan kita semua akan perlunya pengetahuan ini untuk dapat dimiliki, bukan saja oleh setiap instansi dan lembaga, tetapi bagi setiap penduduk Indonesia.

Hakikat gempa bumi

Pada hakikatnya gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat tidak abadi dan kemudian menyebar ke segala arah (Howe1,1969).

Sesungguhnya kulit bumi bergetar secara kontinu walaupun relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak dikatakan sebagai gempa bumi karena sifat getarannya terus-menerus. Jadi suatu gempa bumi harus mempunyai waktu awal dan waktu akhir yang jelas.

Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa bumi dinamakan seismologi. Ilmu ini biasanya dipelajari bareng bersama vulkanologi (ilmu gunung api), karena kegiatan gunung berapi di antaranya juga dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi.

Penyebab terjadinya gempa

Walaupun ternyata sebagian hanya bersifat setempat atau kejadiannya sangat jarang, namun sebagian para ahli tetap menganggap terdapat empat sebab yang menimbulkan gempa bumi, yaitu runtuhnya gua-gua dalam bumi, tabrakan (impack), peledakan gunung api, dan kegiatan tektonik

Runtuhnya gua

Para ahli tempo dulu menduga, gempa bumi terjadi akibat runtuhnya gua-gua raksasa yang terdapat dalam bumi. Dugaan itu sama sekali tidak benar. Keruntuhan seperti itu tidak pernah ada. Kalau saja terjadi keruntuhan dalam bumi, hal itu hanya mungkin pada daerah pertambangan bawah tanah (underground), penggalian batu kapur dan sejenisnya. Akan tetapi keruntuhan yang terjadi hanya dapat menimbulkan getaran bumi yang sangat kecil dan bersifat setempat (lokal).

Tabrakan

Awalnya banyak juga yang percaya, gempa bumi disebabkan meteor atau shooting star yang menabrak bumi. Pada tahun 1908 di Rusia, suatu bintang beralih (meteor) jatuh dan mengakibatkan terjadinya lubang yang sangat besar menyerupai sebuah kawah. Walaupun gelombang tekanan akibat jatuhnya meteor tersebut tercatat sampai London, Inggris, akan tetapi efeknya sama sekali tidak terekam pada alat pencatat getaran gempa bumi (seismograf). Ini berarti getaran yang ditimbulkan akibat tabrakan meteor dengan bumi kekuatannya sangat kecil sekali. Lagi pula tabrakan yang demikian sebenarnya sangat jarang terjadi di bumi.

Peledakan gunung api

Aktivitas gunung api dapat menimbulkan gempa bumi yang dinamakan gempa bumi vulkanik. Gempa ini terjadi baik sebelum, selama, maupun setelah peledakan suatu gunung api. Penyebabnya adalah akibat terjadinya persentuhan antara magma dengan dinding gunung api dan tekanan gas pada peledakan yang sangat kuat, atau perpindahan magma secara tiba-tiba di dalam dapur magma.

Gempa bumi vulkanik sebenarnya kekuatannya sangat lemah dan hanya terasa di wilayah sekitar gunung api yang aktif saja. Dari seluruh gempa bumi yang terjadi, hanya 7 % saja yang termasuk gempa bumi vulkanik. Kendatipun demikian kerusakan atau efek yang ditimbulkannya cukup luas, sebab gempa bumi vulkanik biasanya disertai kemungkinan akan meletusnya suatu gunung api.

Kegiatan tektonik

Gempa bumi yang banyak terjadi dan mempunyai efek sangat serius sebenarnya berasal dari kegiatan tektonik, yaitu mencakup 90 % dari seluruh kejadian gempa bumi. Gempa bumi ini berhubungan dengan kegiatan gaya-gaya tektonik yang tengah terus berlangsung dalam proses pembentukan gunung-gunung, terjadinya patahan-patahan batuan (faults) serta tarikan dan tekanan dari pergerakan lempeng-lempeng batuan penyusun kerak bumi.

Proses kejadian serta jalur pusat-pusat gempa bumi tektonik di seluruh dunia dapat dijelaskan dengan suatu teori dalam Ilmu Kaji Bumi (Geologi) yang dinamakan Tektonik Lempeng (Plate Tectonics).

Kunci utama konsep ini adalah kulit Bumi (Litosfera) merupakan suatu lempeng yang bersifat rigid (tegar) yang bergerak satu terhadap lainnya di atas suatu massa dasar plastis yang dinamakan Astenosfera. Litosfera terdiri atas dua macam lempeng atau kerak (crust), yaitu Lempeng Benua (Continental Plate) dan Lempeng Samudera (Oceanic Plate). Setidaknya dikenal enam lempeng besar (major) yaitu Lempeng Eurasia, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Pasifik dan Hindia-Australia.

Sumber gerak pada bagian dalam Bumi berawal dari adanya perbedaan temperatur antara bagian dalam Bumi yang bersuhu tinggi dan atmosfera yang bersuhu rendah. Perbedaan ini menyebabkan adanya gangguan keseimbangan sehingga menimbulkan terjadinya arus konveksi panas yang selanjutnya menyeret lempeng-lempeng kulit Bumi untuk bergerak mengalir mengapung di atas Astenosfera.

Bentuk Bumi yang bulat menyebabkan pecahan-pecahan lempeng yang terus bergerak itu pada akhirnya ada yang saling bertemu dan bertubrukan. Tubrukan dapat terjadi antara lempeng benua vs lempeng benua, lempeng samudera vs lempeng samudera atau lempeng benua vs lempeng samudera.

Pada kasus tubrukan antara lempeng samudera dengen lempeng benua, maka lempeng samudera akan menekuk ke bawah sehingga terjadi palung, yaitu bentuk laut yang sempit-memanjang dan sangat dalam. Gesekan yang terjadi dari dua lempeng ini menimbulkan panas yang sangat tinggi, sehingga pada permukaannya terbentuk rangkaian gunung api.

Gerak tumbukan itu terus berlangsung sejak dulu, sekarang dan yang akan datang. Sesekali lempeng mengalami retak-retak bahkan patah. Oleh karena ketebalan lempeng lebih dari 50 km, maka setiap kali terjadi retakan dan patahan maka terjadi getaran yang luar biasa kerasnya. Getaran itulah yang kita rasakan sebagai gempa bumi tektonik.

Parameter gempa bumi

Meskipun gempa bumi merupakan peristiwa geologi, namun dampak yang diakibatkannya bersifat menyeluruh. Maka, bidang-bidang lain di luar geologi, terutama Teknik Sipil, Pertambangan, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) serta lembaga-lembaga yang berkaitan dengan masalah mitigasi bencana alam, juga berkepentingan untuk dapat memahaminya, setidaknya mengenai peristilahan dan parameter-parameter gempa bumi yang sering digunakan.

Ada sejumlah istilah dan parameter yang berkaitan dengan gempa bumi.

Hiposentrum dan Episentrum

Hiposentrum (hypocentre) adalah pusat gempa bumi, yaitu tempat terjadinya perubahan lapisan batuan atau dislokasi di dalam bumi sehingga menimbulkan gempa bumi. Howell (1969) telah membagi jenis-jenis gempa bumi berdasarkan kedalaman hiposentrumnya, yaitu gempa bumi dangkal (normal), pusatnya <>

Kebanyakan gempa bumi yang terjadi pusatnya terletak dekat permukaan bumi pada kedalaman rata-rata 25 km, dan berangsur ke bawah tidak lebih dari 700 km. Gempa bumi dangkal cenderung lebih kuat dari pada gempa bumi dalam, oleh sebab itu gempa bumi dangkal lebih banyak menyebabkan kerusakan.

Bila hiposentrum terletak di dasar laut maka getaran gempa bumi yang terjadi dapat menimbulkan gelombang air pasang yang sangat besar dengan ketinggian mencapai puluhan meter. Gelombang air laut yang besar seperti ini dinamakan tsunami, bersifat sangat merusak dan dapat memporak-porandakan segala suatu yang diterjangnya di tepi pantai.

Epicentrum (epicentre) adalah tempat di permukaan bumi yang letaknya terdekat terhadap hiposentrum. Letak epicentrum tegak lurus terhadap hiposentrum, dan sekitar daerah ini pada umumnya merupakan wilayah yang paling besar merasakan getaran gempa bumi.

Besarnya intensitas atau kekuatan gempa bumi diukur dengan suatu alat yang dinamakan seismograf data hasil catatan seismograf yang berupa grafik dinamakan seismogram.

Skala Richter atau Richter Magnitude adalah metode kira-kira untuk menentukan besarnya energi yang dilepaskan di pusat gempa bumi. Perkiraan tersebut diformulasikan sebagai berikut :


Log E = 11,4 + 1,5 M


di mana :

E = energi (erg)
M = Richter magnitude.

Skala Modified Mercalli (MMI) digunakan untuk melukiskan goncangan gempa bumi secara kualitatif. Terdiri dari 12 skala (1 hingga 12). Skala membesar berarti gempa bumi yang terjadi semakin besar.***


Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/07/cakrawala/lainnya01.htm

0 komentar:

Posting Komentar